Selamat Datang

SELAMAT DATANG

panduutomo@rocketmail.com

Selasa, 20 Desember 2011

xParanormal Detector v1.5 Pro Edition

Ada yang sudah tau tentang software eXtremeSenses xParanormal Detector v1.5 Pro Edition ini? Yang belum tau, xParanormal Detector v1.5 Pro Edition ini adalah software yang katanya bisa mendeteksi gelombang aneh / elektromagnetik yang ada disekitar kita. Denger-denger sih xParanormal Detector v1.5 Pro Edition ini mirip seperti Ghost Radar yang bisa mendeteksi keberadaan 'gelombang misterius' di sekitar. Benar atau ga, silahkan dicoba sendiri.
Screenshot :

Download :
Bagi yang ga bisa pakai Preactivated-nya, berikut saya beri yang menggunakan Serial. Serial ini original dari DYTOSHARE lho, jadi yang mau share serialnya mohon mencantumkan link http://www.dytoshare.us ya? :D
>>> Software ini hanya untuk Laptop / PC yang dilengkapi dengan Wireless / Wifi dan Network Adapter. Nyalakan dulu Wirelessnya saat akan digunakan.

Tips :
  1. Pilih Setting - pada Sensitivy Setting coba di atur penuh semua (geser ke kanan semua).
Testimonial dari yang Request (ExitooStore) :




Statistik


Statistika (statistics) adalah ilmu pengetahuan dalam mengumpulkan, menata, me-nyajikan, menganalisis dan menginterpretasikan data menjadi informasi untuk membantu dlm pengambilan keputusan yg efektif dan efisien →  merupakan kumpulan data berupa angka-angka yg tersusun secara sistematis.


Peranan Statistik dalam Penelitian :
Alat unt menghitung besarnya anggota sampel yg hrs diambil dari suatu populasi shg dpt dipertanggungjawabkan
Alat unt menganalisis data → pengujian hipotesis
Alat unt menguji validitas dan realibilitas instrumen yg akan digunakan
Teknik dlm penyajian data agar lebih komunikatif dan mudah dimengerti.

Kriteria Data :
 1. Valid       : punya ketepatan antara data sesu ngguhnya dengan data yg dapat dikumpul kan dari      lapangan.
 2. Reliabel  : menunjukkan konsistensi data dalam interval waktu tertentu.
 3. Obyektif : menunjukkan derajat persama an persepsi antar orang harus sama.


Sumber dan Macam Data :
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian → diperoleh dgn cara melalui wawancara langsung,  wawancara tidak langsung (lewat informan yg dpt dipertanggung jwb kan) atau pengiriman kuisioner.
b. Data sekunder adalah data yg diperoleh dari sumber lain yg sudah dipublikasikan. → dapat diperoleh dari sumber data spt  Bank Indonesia (http://www.bi.go.id), BPS (http://www.bps.go.id), majalah-majalah, jurnal, atau melihat dari website lainnya yang sdh banyak tersedia.
c. Data tersier adalah data yg diperoleh secara tdk langsung dari obyek yg diteliti (dari pihak ketiga) baik secara individu (responden) maupun badan yg secara sengaja mengungkapkan fakta pada pihak kedua untuk kemudian pihak kedua tsb mengeksploitasi fakta dimaksud pada media massa / media lainnya, untuk kemudian data (fakta) tesebut digunakan kembali oleh sipeniliti sebagai acu-an dlm penulisannya → data berantai, tetapi harus ditulis sumber yang autektik dapat diperta-nggungjawabkan.

Satuan Unit Pengamatan (unit of observation) : suatu obyek (individu) yg dpt mem -berikan informasi/keterangan mengenai se suatu yg sedang dipelajari → obyek bisa berbentuk orang, hewan, kota, tumbuhan, dsb.


Karakteristik : ciri yg dimiliki oleh satuan pe -ngamatan itu, yg keadaannya bisa diguna -kan unt membedakan satuan pengamatan tsb dari satuan pengamatan lainnya.

Populasi (population) : merpk keseluruhan sa tuan pengamatan yg dibatasi oleh kriteria ttt. → ukuran populasi nya menggmbkan banyaknya satuan pengamatan (obyek) dlm populasi = N.

Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yg menjadi perhatian = n → merpk kumpulan dari satuan pengamatan hasil sampling.

Ukuran representatif sampel bukan pada banyaknya sampel (n) tapi Proses Pengambilan Sampelnya.

Sampling : proses memilih/mengambil sebag dari satuan pengamatan yg ada dlm populasi.

Unit Sampling : kesatuan yg akan diambil menjadi anggota sampel, bisa berbentuk individu (orang) maupun kelompok individu (propinsi, kota, kec, desa, dsb.)

Parameter : kuantitas yg dihitung dari karak -teristik populasi, misal: populasi penduduk DIY (rata-rata pendptan, %ase gol PNS, variabilitas usia, dsb) → berupa notasi Romawi, spt: µ, P, σ, N, dsb.

tistik : kuantitas yg diperoleh dari satuan pengamatan sampel, misal: sampel sebag penduduk Kab. Sleman → berupa notasi Capital, spt: X, p, s, n, dsb.

Variabel :  setiap karakteristik yg bisa diklasifi kasikan ke dalam sekurang-kurangnya dua klasifikasi yg berbeda atau bisa memberi kan sekurang-kurangnya dua hasil pengu -kuran/penghitungan yg berbeda unt obyek yg berlainan.

Misal / contoh :
- Jenis kelamin               dua klasifikasi
- Pekerjaan                    lebih dari dua klasifikasi
- Pendapatan    lebih dari dua klasifikasi
- Nilai ujian                   lebih dari dua klasifikasi


Pembedaan Variabel :
Menurut Bentuknya :
1. Variabel Kuantitatif : variabel yg dinyata -kan dlm bentuk bilangan (angka numerik)
a. Variabel Diskrit : variabel yg tdk memung kinkan nilai pecahan dan selalu berbentuk bilangan bulat (spt: jml penduduk, jml produk, dsb.)
b.  Variabel Kontinue : variabel yg dpt diba gi dlm bagian-bagian yg tdk terhingga ba -nyaknya dan memungkinkan nilai pecahan (spt: berat badan, harga, suhu, waktu, dsb.)
2. Variabel Kualitatif : variabel yg tdk di -nyatakan dlm bentuk bilangan (non nume rik) tetapi dlm bentuk klasifikan (ketegori), spt: jenis kelamin, kualitas produk, jenis pekerjaan, dsb.

Menurut Fungsinya :
1. Variabel Bebas (independent) : bila dlm hubungannya dng variabel lain berfungsi menerangkan (prediktor) variabel lain tsb → exogenous, misal: kapital dng keun -tungan, kapital menerangkan keuntungan, dsb.

2. Variabel Terikat (dependent) : variabel yg diterangkan (prediktan) oleh variabel lain -nya → endogenous, misal: keuntungan merpk variabel tak bebas.
 
3. Variabel Penengah / antara (intervening) : apabila dlm hubungan kausal (sebab akibat) letaknya di tengah-tengah variabel lainnya, misal: pendidikan → perilaku ortu (intervening) → perilaku anak.

4. Variabel Anteseden : apabila dlm hubung an kausal dng variabel lainnya, variabel ini dlm urutannya terletak mendahului varia bel yg lain, misal: dlm hal tsb di atas pen -didikan merpk variabel anteseden baik unt perilaku ortu maupun anak.

Menurut Skala Pengukurannya :
Skala Nominal : angka yg diberikan kepa da obyek yg mempunyai arti sbg label/si -mbol/kode saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apa-apa → fungsi nya semata-mata hanya sbg lambang unt membedakan (tdk berlaku hukum aritmatika/tidak mempu nyai arti hitung secara penuh, spt: x, :, +. -). Misal: angka 1 digunakan sbg simbol siswa laki-laki dan angka 2 digunakan sbg simbol siswa perempuan (disini tdk berarti angka 2 lebih besar dari angka 1).

2. Ordinal : angka yg diberikan di mana angka - angka tsb mengandung pengertian tingkat an yg konsisten dan mempunyai daya me -mbeda, ttp perbedaan antara angka yg satu dng angka yg lainnya tdk konstan dan tdk mempunyai interval yg tetap → fungsinya sbg lambang unt membedakan dan unt me ngurutkan peringkat berdasarkan kualitas yg ditentukan (hanya bisa mengatakan lebih baik/jelek, lebih besar/kecil,dsb tapi tdk boleh 2 kali lebih baik, 4 kali lebih kecil). Misal: dlm ujian akhir semester diketahui bhw siswa A sbg juara 1, siswa B sbg juara 2 dan siswa C sbg juara 3. Disini angka 1 mempunyai nilai lebih tinggi drpd angka 2 maupun angka 3, ttp skala ini tdk bisa me njunjukkan perbedaan kemampuan antara siswa A, siswa B dan siswa C secara pasti.

3. Interval : skala  pemberian angka  pada obyek yang mempunyai sifat ukuran ordinal dan mempunyai jarak atau interval yang sama (angka nol bukan merpk ttk mutlak / absolut tapi ttk/angka yg ditentukan berda -sarkan perjanjian, spt: 00C maupun A=500 dan B=250 yg berarti A lebihbesar dua kali drpd B bukan A panasnya dua kali drpd B) atau nilai siswa mempunyai rentangan antara 0 s.d. 10, dlm kasus ini siswa yg memperoleh nilai 8 mempunyai kemam -puan 2 kali siswa yang memperoleh nilai 4 dan tdk berarti siswa yg memperoleh nilai 0 tdk berarti bukan tdk mempunyai pengeta -huan sama sekali tentang soal yg diujikan. Rentangan ini bersifat konstan/tetap shg dpt memberikan gambaran tentang obyek yg dinilai secara konsisten.

4. Rasio : skala yg memiliki ciri spt interval dan  nilai ttk/angka nolnya mutlak (memiliki arti kosong) dan mempunyai rentangan yg konstan. Misal: seseorang yg mempunyai berat badan 100 kg adalah dua kali beratnya orang yg mempunyai berat badan 50 kg. Jika berat sebuah benda adalah 0 kg maka benar-benar benda tsb tdk mem -punyai berat.


Jenis / macam / Pembagian Statistika :
1. Statistika Deskriptif adalah metode sta -tistika yg digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi.
2. Statistika Induktif adalah metode yg digu -nakan untuk mengetahui tentang sebuah populasi berdasarkan suatu sampel atau contoh dng menganalisis dan menginter -pretasikan data menjadi sebuah kesimpul -an.
2.1. Statistik Parametrik → menggunakan skala pengukuran interval maupun rasio
2.2. Statistik Nonparametrik → menggu -nakan skala pengukuran nominal mau pun ordinal


Pengguna Statistik
Masalah yang Dihadapi
Manajemen
1.   Penentuan struktur gaji / upah, pesangon dan tu njangan karyawan.
2.   Penentuan jml persedia an bahan baku , barang dlm proses dan barang jadi.
3.   Evaluasi produktivitas karyawan.
4.   Evaluasi kinerja perusa haan.
Akuntansi
1.   Penentuan standar audit barang  / jasa.
2.   Penentuan depresiasi/apresiasi barang / jasa.
3.   Analisis rasio keuangan perusahaan.
Ilmu Ekonomi
1.   Analisis pertumbuhan ek, inflasi dan suku bunga.
2.   Pertumbuhan pendu -duk, pengangguran dan kemiskinan.
3.   Indeks harga konsumen, perdagangan besar dan kecil.
Agribisnis
1.   Analisis produksi tana -man, ternak, ikan dan kehutanan.
2.   Kelayakan usaha dan skala ekonomi.
3.   Manajemen produksi agribisnis.
4.  Analisis ekspor dan impor produk pertanian

Kalimat Efektif


Kalimat Efektif 
 
Kalimat yang baik adalah kalimat yang dapat memberikan kemudahan atau kejelasan pesan kepada pembaca atau pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Dengan kata lain, kalimat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut mampu secara tepat mewakili gagasan atau perasaan penyampai pesan dan sanggup memberikan gambaran yang sama tepatnya kepada pembaca atau pendengar.
Untuk mewujudkan kalimat yang efektif, kalimat harus mengandung beberapa unsur, antara lain: kesatuan gagasan dan kesepadanan struktur, kepaduan (koherensi) yang kompak, adanya penekanan, kesejajaran (keparalelan) bentuk, kehematan kata, kelogisan, dan kevariasian.  Hal itu juga sependapat dengan Akhadiah (1991:116) yang mengatakan bahwa ciri kalimat efektif adalah (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk (paralelisme), (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergunakan kata, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat.
1.       Kesatuan Gagasan dan Kesepadanan Struktrur
Setiap kalimat yang baik harus secara jelas memperlihatkan kesatuan gagasan dan mengandung satu pokok permasalahan. Apabila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan hilang kesatuan pikiran tersebut. Sebuah kesatuan gagasan secara praktis diwakili oleh subjek, predikat, dan bisa juga ditambah objek. Kesatuan tersebut dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Untuk mewujudkan kesepadanan struktur, maka kalimat harus memenuhi syarat sebagai berikut.
a.     Kalimat harus memiliki subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
·         Bagi semua mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.
Kata bagi seharusnya dihilangkan, karena menimbulkan ketidakjelasan subjek.
Seharusnya
·         Mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.
b.  Kalimat tidak mengandung subjek ganda. Subjek yang ganda dalam kalimat menimbulkan penafsiran yang salah bagi pembaca. Oleh karena itu, subjek yang ganda menyebabkan kalimat yang tidak efektif.
Contoh:
·         Pertanyaan itu saya kurang jelas.
 Kalimat tersebut mempunyai subjek ganda, yaitu pertanyaan itu dan saya. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara menambah bagi diantaranya pertanyaan itu  dan saya.
Seharusnya
·         Pertanyaan itu bagi saya kurang jelas.

         c.      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh :
·         Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara itu.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan mengubahnya menjadi kalimat majemuk atau mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat.
Seharusnya
·         Kami datang agak terlambat, sehingga kami tidak dapat mengikuti acara itu.
·         Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara itu.

2.       Kepaduan (Koherensi) yang Baik dan Kompak
Yang dimaksud dengan koherensi  atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Akan tetapi, kalimat dapat dirusak oleh berbagai hal berikut.
a.       Penempatan kata dalam kalimat yang tidak sesuai dengan pola kalimat.
Contoh
·         menanak nasi di dapur tadi pagi.
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang baik, namun akan menjadi buruk jika susunannya diubah seperti pada contoh berikut!
·         Pagi menanak dapur di nasi tadi ibu.
b.      Kesalahan penggunaan kata depan, kata hubung, dan sebagainya.
Perhatikan contoh berikut!
·         Sejak lahir manusia memiliki jiwa melawan kepada kekejaman alam.
Kata kepada seharusnya dihilangkan seperti pada kalimat berikut.
·         Sejak lahir manusia memiliki jiwa melawan kekejaman alam.
c.       Pemakaian kata yang kontradiksi
Pemakaian kata-kata yang mengandung kontradiksi dapat merusak keefektifan kalimat.
Contoh
Percaya tidak percaya data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran membaca adalah rendah.
Seharusnya
Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran membaca adalah rendah.
d.      Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum) pada kata kerja tanggap.
Contoh
·         Data itu saya sudah kerjakan sampai selesai.
Kalimat tersebut salah, karena saya kerjakan sebagai bentuk tanggap tidak bisa disisipi keterangan apapun.
Jadi kalimat yang benar adalah :
·         Data itu sudah saya kerjakan sampai selesai.

3.       Penekanan
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Penekanan dilakukan untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan hal yang dirasa penting. Penulis dapat melakukan berbagai cara untuk memberikan  penekanan pada kalimat efektif. Cara tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.       Mengubah posisi kalimat
Sebuah kalimat dapat diubah-ubah strukturnya untuk mencapai efek yang diinginkan atau dipentingkan. Untuk mencapai efek yang diinginkan atau dipentingkan, maka penulis menempatkan sebuah kata yang penting berada pada awal kalimat.
Contoh
·         Mahasiswa menjawab pertanyaan dosen penguji.
Penekanan ini dapat diubah dengan menjadi kalimat pasif. Berikut adalah contoh kalimat tersebut:
Pertanyaan dosen penguji dijawab mahasiswa.
b.      Menggunakan repetisi (pengulangan kata)
Pengulangan kata (repetisi) dalam kalimat kadang diperlukan untuk memberikan penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
·         Pembangunan merupakan proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, bukan hanya dimensi ekonomi tetapi juga dimensi  politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.
Berdasarkan kalimat di atas dapat dilihat bahwa kata dimensi merupakan kata yang diulang berturut-turut. Oleh karena itu, kata dimensi merupakan kata yang akan ditekankan oleh penulis.
c.       Menggunakan pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
Anak itu rajin.
Kalimat tersebut dapat lebih ditonjolkan bila ditempatkan dalam suatu posisi pertentangan, misalnya:
Anak itu rajin, bukan malas.
d.      Menggunakan partikel penekanan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partike-partikel yang dimaksud adalah: lah, pun, kah, yang dalam tata bahasa disebut imbuhan.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
(1)  Kami pun ikut dalam kegiatan itu.
(2)  Bapaklah yang memberikan sambutan itu.

4.       Kesejajaran (Paralelisme)
Kalimat efektif juga harus mengandung kesejajaran (paralelisme) antara gagasan yang diungkapkan dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapnya.  Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan keserasian. Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis sehingga mudah dipahami.
Jenis pembentukan paralelisme sebagai berikut.
a.      Kesejajaran Bentuk
Bentuk kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu tidak serasi.
Contoh 
·         Buku itu telah lama dicari, tetapi Dodi belum menemukannya.
·         Peneliti sudah mengambil data, mencatatnya, kemudian dianalisis, dan dibahas.
Kalimat di atas tidak sejajar karena menggunakan bentuk kata kerja pasif (dicari) yang dikontraskan dengan bentuk aktif (menemukan). Agar sejajar, kedua bagian kalimat tersebut harus menggunakan bentuk pasif semuanya atau bentuk aktif semuanya.
Kalimat yang tepat adalah sebagai berikut.
·         Buku itu telah dicari, tetapi belum ditemukan oleh Dodi.
·         Dodi telah lama mencari buku itu, tetapi belum menemukannya.
·         Peneliti sudah mengambil data, kemudian mencatatnya, menganalisis, dan membahasnya.
b.      Kesejajaran Makna
Unsur lain yang harus diperhatikan dalam pemakaian suatu bahasa adalah segi penalaran atau logika. Kesejajaran makna ini berkaitan erat dengan penalaran. Penalaran dalam sebuah kalimat merupakan masalah yang mendasari penataan gagasan. Penalaran sangat berhubungan dengan jalan pikiran. Jalan pikiran penulis turut menentukan baik tidaknya kalimat yang dibuat, mudah tidaknya kalimat tersebut dipahami sesuai pemikiran penulis.
Contoh
      Masyarakat mengecam keras atas terjadinya pembunuhan 21 warga Palestina yang tewas dan 200 lainnya yang luka-luka.
Kalimat tersebut bukan termasuk kalimat efektif, karena untuk memahaminya, pembaca dituntut berpikir keras. Jika kita cermati akan terdapat kejanggalan karena tidak mungkin pembunuhan dilakukan terhadap orang yang sudah tewas.
Seharusnya
      Masyarakat mengecam keras atas terjadinya peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Palestina tewas dan 200 lainnya luka-luka.
c.       Kesejajaran Bentuk dan Maknanya
Beberapa gagasan yang bertumpuk dalam satu pernyataan dapat mengaburkan kejelasan informasi yang diungkapkan.
Contoh
      Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga, sebagai tindak lanjut Perda tentang penghijauan.
Kalimat tersebut tidak efektif karena terlalu sarat dengan informasi.
Agar efektif, kalimat tersebut harus dikembalikan pada gagasan semula, yang terungkap dalam beberapa kalimat berikut.
      Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga.
      Penanaman ini melibatkan berbagai elemen masyarakat dari tingkat RT sampai tingkat kalurahan.
      Hal ini merupakan tindak lanjut Perda tentang pernghijauan.

5.       Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti menghilangkan kata, frase yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat. Untuk mewujudkan kehematan dalam menyusun kalimat efektif ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a.       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
·         Karena Ali terlambat, dia tidak dapat mengikuti perkuliahan.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
·         Karena terlambat, Ali tidak dapat mengikuti perkuliahan.
b.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
·         Kata merah sudah mencakupi kata warna.
·         Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikancontoh berikut!
·         Ia memakai baju warna merah.
·         Di mana kamu menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
·         Ia memakai baju merah.
·         Di mana engkau menangkap pipit itu?
c.       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
·         Kata naik bersinonim dengan ke atas.
·         Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
·         Silakan naik ke atas ruangan itu!
·         Baru saja pejabat itu turun ke bawah melalui tangga ini.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
·         Silakan naik ke ruangan itu!
·         Baru saja pejabat itu turun melalui tangga ini.
d.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku                               Bentuk Baku
para tamu-tamu                                         para tamu
beberapa orang-orang                               beberapa orang

6.       Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
·         Kepada Bapak Camat waktu dan tempat kami persilakan.
·         Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
·         Kepada Bapak Camat kami persilakan.
·         Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
\
7.      
Kevariasian
Seorang penulis harus berusaha menghindarkan pembaca dari keletihan yang pada akhirnya akan menimbulkan kebosanan. Penulis harus berusaha agar pembaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Sebuah bacaan atau tulisan yang baik merupakan suatu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya untuk terus membaca sampai selesai. Agar dapat membuat pembaca terpikat tidaklah dapat dilakukan begitu saja. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menulis. Menulis memerlukan ketekunan, latihan, dan pengalaman.
Variasi bertentangan dengan repetisi. Variasi dilakukan guna memperoleh keanekaragaman bentuk-bentuk bahasa agar minat dan perhatian orang tetap terpelihara.Variasi itu dapat dicapai dengan menggunakan bentuk inversi, bentuk pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek.
Macam-macam variasi yang menunjang keefektifan kalimat
a.       Variasi sinonimi kata
      Variasi berupa sinonimi kata, atau penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
Perhatikan contoh kalimat berikut!
      Dari renungan itu penyair menemukan suatu makna, suatu realitas baru, suatu kebenaran yang menjiwai seluruh puisi.
b.      Variasi panjang pendek kalimat
Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat mencerminkan kejelasan pikiran pengarang. Pilihan yang tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat memberi tekanan pada bagian-bagian yang diinginkan. Variasi panjang pendek kalimat ini dapat langsung dilihat contohnya dalam suatu paragraf. Paragraf yang variatif dalam mempergunakan panjang pendeknya kalimat adalah paragraf yang tidak menjemukan apabila dibaca.
c.       Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk yang sama dalam beberapa kalimat berturut-turut juga dapat menimbulkan kelesuan. Perlu dicari vaiasi pemakaian bentuk gramatikal terutama penggunaan prefiks me- dan di-.
d.      Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat sebenarnya mempunyai sangkut paut dengan penekanan dalam kalimat.